Sunday, December 30, 2007

Hoegeng Imam Santoso



Bekas Kepala Polisi Republik Indonesia,Jendral Polisi Purnawirawan Hoegeng Imam Santoso,dikenal dan dikenang karena kejujurannya.Sepanjang kehidupannya ia berulang kali berhadapan dengan godaan berupa upaya penyuapan.Namun ia bertahan,dan menunjukkan sikap yang tangguh.Sikapnya yang keras menunjukkan sifatnya yang punya kepribadian.Pandangannya,bila diyakininya benar,sulit diubah.Ia tidak pernah merasa perlu menyesuaikan diri,apalagi mengikuti keadaan yang tidak terpuji.Dalam keadaan terdesak pun ia akan mempertahankan pendiriannya.

Suatu hari ,Dirjen Bea Cukai melaporkan pada saya bahwa ada orang yang menyelundup tekstil untuk orang Kostrad.”Baik saya ambil oper persoalan ini dan saya akan menghadap pak Harto”jawab saya.Lalu saya minta bertemu pak Harto tentang kegiatan orang India tersebut.Dua hari kemudian,Pak Harto mengatakan”terserah Hoegeng saja” Saya menindaknya dengan menyita barang-barang selundupan itu dan mendenda seberat-beratnya.
Rupanya saya dianggap berbahaya oleh berbagai “tuan besar” karena katanya saya terlalu sering menangkapi orang.Saya mendengar desas-desus ini,terutama ketika saya menyelidiki kasus Robby Tjahyadi.Beberapa rekan dib ea cukai dan kepolisian memberi informasi tentang adanya penyelundupan mobil-mobil mewah,termasuk Mercedes.Saya menyadari bahwa tentu saja ada berbagai pihak yang tidak senang melihat kami mengutak-utik masalah penyelundupan ini.Tapi kepolisian toh menginvestigasinya seperti kasus kriminal biasa.Sungguh mati saat itu saya tak tahu hubungan Robby Tjahyadi dengan para pembesar.Ketika mulai tercium gerak-geriknya dan Koran-koran mulai menulis tentangkegiatannya,saya merasakan banyak sekali pejabat yang berlomba-lomba ingin melepas Robby Tjahyadi.Lho,saya heran,Robby Tjahyadi ini siapa?Kok banyak betul yang ingin membantunya.Tapi saya dan rekan-rekan tidak peduli.Mungkin kami dianggap naïf.Kami betul-betul ingin menangani kriminalitas tanpa melihat pangkat jabatan.
Sayang sekali ,ketika akhirnya ia ditangkap dan diadili,saya tidak menjabat sebagai Kapolri lagi.Pada tanggal 6 September 1971 saya dipanggil Presiden Soeharto,”bagaimana jika Hoegeng jadi duta besar di Belgia”.
“kalau di Indonesia masih ada lowongan ,saya bersedia.Tapi jangan jadi duta besar.”jawab saya.“Wong saya belajar untuk menjadi polisi,bagaimana bisa jadi duta besar?Pak Harto menjawab di Indonesia tidak ada lowongan.Ya wis,saya mengundurkan diri saja.Pak Harto setuju.Maka sayapun mengundurkan diri tanggal 2 Oktober 1971.
Hingga kini,saya merasa alasan saya diberhentikan tidak terlalu jelas.Rekan-rekan saya banyak yang menyalahkan saya,karena katanya saya terlalu bergairah dalam menangani kasus Robby Tjahyadi.Saya sendiri tidak mau menghubung-hubungkan satu kasus dengan kasus lain tanpa bukti.Alasan lain secara resmi diberitakan dikoran-koran adalah,pergantian saya dengan Jendral Hasan adalah untuk”peremajaan”.Padahal pengganti saya,Jendral Hasan waktu itu sudah berusia 51 tahun,artinya dua tahun lebih tua daripada saya.
(Hoegeng Imam Santoso,Bertahan Dijalur Jujur,Tempo 14 Maret 1992)


Hendrawan





Hendrawan dalam usia menapaki 29 tahun pada 27-6-2001,berhasil menjadi Juara Dunia Bukutangkis dalam perebutan Kejuaraan Dunia di Sevilla,Spanyol.

(Kompas 17-6-2001)

Haniel



Haniel=Stephen Haniel Yuwono siswa SMP Susteran Purwokerto peraih Medali Emas dalam International Junior Sains Olympiade di Taiwan.
(Haniel,Pertahankan Gengsi Indonesia,Kompas)