Monday, July 30, 2007

Mbah Suko



Suko seakan tak pernah lelah melawan.Usianya 70 tahun.
Bertahun-tahun sebelumnya,Mbah Suko dicibir dan dikucilkan saat menolak program pemerintah yang memaksa petani menanam jenis varietas unggul tahan wereng(vutw).Ini penyeragaman varietas padi yang digalakan pemerintah untuk mendukung revolusi hijau.
Awalnya adalah tragedy gagal panen yang melanda sawah di Desa Mangunsari tahun 1985-1987.Tanaman Padi dengan bibit VUTW yang ditanam petani sesuai anjuran Penyuluh Pertanian Lapangan(PPL) hancur karena terserang hama wereng ,tungro dan tikus.Petani yang sudah mengeluarkan banyak m modal untuk membeli benih padi,pupuk kimia,dan peptisida pun terpuruk.
Mbah Suko tersadarkan ,program pemerintah yang setengah dipaksakan itu telah menjerat kemerdekaan petani.Petani tidak lagi bebas memilih benihnya sendiri,juga harus membeli pupuk dan obat.Sedangkan resiko gagal panen menjadi tanggungan petani.
Seorang diri Mbah Suko mencari benih-benih padi local dan membudidayakannya dilahan seluas 0,3 ha yang disewa.Dia tak mau menggunakan pupuk kimia,tetapi memilih menggunakan pupuk kandang dan kompos.:Padinya juga tak pernah disemprot dengan peptisida.Dia memngembangkan predator alami yang dibiakkan di laboratorium mini dibelakang rumahnya.Untuk menambah hasil produksi,Mbah Suko memelihara ikan disela tanaman padinya dengan system minatani.Hasilnya ternyata menggembirakan.Benih local mbah Suko ternyata tahan hama dan hasil panenpun lumayan.Harga jualnya lebih tinggi dari pada harga beras dipasaran.hal yang lebih penting,Mbah Suko merasa merdeka karena tidak tergantung pada pihak luar untuk memproduksi padi.
Tindakan mbah Suko waktu itu dinilai sebagai rongrongan terhadap pemerintah.Mbah Suko dituding menentang Repelita.Namanya masuk daftar hitam dan diawasi ketat oleh aparat keamanan yang disusupkan di pemerintahan desa.Kartu Tanda Penduduk Mbah Suko diberi cap anggota OT(organisasi Terlarang).Mbah Sukopun tak bisa ikut Pemilu 1977.Intimidasi tak pernah sepi.
Mbah Suko melakukan apa saja untuk mempertahankan kedaulatannya sebagai petani.Ia berada di baris depan dalam aksi demo petani di Magelang guna mempertahankan pasokan irigasi dari mata air dusun Ngudal dan Semaren yang hendak diambil paksa PDAM setempat.

Karena kegigihannya, sedikitnya 35 jenis padi local yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia telah dia kumpulkan,misalnya rojo lele,ketan kuthuk,kenongo,rening,menthik wangi,menthik susu,gethok,leri,papah aren,berlian,tri pandung sari,dan si buyung.Upaya mbah Suko itu membuahkan hasil penghargaan Kehati Award tahun 2002. Negara seharusnya berhutang kepada Mbah Suko.Karena dia,puluhan varietas local itu masih bercokol di bumi Nusantara ini.

Setelah kejatuhan rezim Orde Baru,upaya bertani organic dengan benih local yang dirintis Mbah Suko mulai dilirik petani-petani lain.
(Mbah Suko,Simbol Perlawanan Petani Desa-Kompas)

No comments: